PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat telah mendorong meningkatnya permintaan pangan terutama beras. Sampai saat ini upaya peningkatan produksi padi masih lebih terfokus pada lahan sawah, terutama melalui intensifikasi. Akan tetapi upaya ini terhambat oleh berbagai masalah antara lain: 1) penyempitan lahan sawah; 2) pencucian lahan sawah produktif; dan 3) perkembangan ekstensifikasi lahan khususnya di luar Jawa tidak lancar dan sulit mendapatkan tambahan produksi yang nyata.
Potensi sumber daya tanah lain yang dapat dimanfaatkan untuk ekstenfikasi padi adalah lahan kering untuk budidaya padi gogo. Indonesia memiliki lahan kering dengan luasan lebih dari 55,6 juta ha. Potensi lahan kering Indonesia yang luas ini belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung tidak mendapat perhatian serius.
Upaya pemberdayaan lahan kering dapat melalui budidaya padi gogo. Akan tetapi, upaya ini menghadapi kendala antara lain: 1) produktivitas padi gogo yang masih rendah; 2) mutu beras yang rendah yaitu tidak aromatik dan tekstur nasi pera, mengakibatkan padi gogo tidak disukai oleh petani dan konsumen sehingga nilai ekonomi padi gogo rendah; 3) kesuburan tanah yang rendah; 4) ketersediaan air yang terbatas musim hujan; 5) kehadiran gulma dan 6) keterbatasan kultivar unggul berdaya hasil tinggi.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui program pemuliaan tanaman. Perakitan varietas padi gogo unggul berdaya hasil dan bermutu hasil tinggi telah dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Unsoed. Saat ini telah diperoleh beberapa galur padi gogo aromatik yang potensial untuk dilepas sebagai varietas. Salah satu galur potensial tersebut adalah JSPGA G136 yang memiliki potensi hasil 4,11 t/ha. Namun demikian, potensi hasil JSPGA G136 dapat di capai jika ditanam pada lahan yang memenuhi syarat tumbuh padi gogo aromatik dan harus mengikuti teknik budidaya yang tepat.
SYARAT TUMBUH PADI GOGO AROMATIK
1. Iklim
Padi gogo aromatik adalah jenis padi yang dapat ditanam di lahan kering dengan sumber pengairan dari air hujan. Jumlah dan sebaran hujan merupakan komponen iklim yang amat penting yang mencirikan kesesuaian lingkungan untuk pertumbuhan padi gogo armatik. Ketersediaan air untuk padi gogo aromatik tergantung pada ciri-ciri tanah, terutama daya memegang air. Oleh karena itu curah hujan dan kapasitas memegang air merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pertanaman padi gogo aromatik. Padi gogo aromatik tumbuh baik pada ketinggian sampai dengan 1300 m dari permukaan laut dengan curah hujan selama fase pertumbuhan antara 600-1200 ml dan suhu antara 15-30 °C.
2. Tanah
Lahan kering sebagai tempat pertanaman padi gogo aromatik memiliki beberapa pembatas yaitu kesuburan tanah yang rendah, kekahatan berbagai unsur hara dan juga adanya keracunan yang berkaitan dengan reaksi tanah (pH) yang memiliki kemasaman tinggi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan padi gogo adalah tanah gembur dan cukup subur, drainase (pembuangan air) baik dan pada tanah merah (Latosol), rancah minyak (Grumosol) dan tanah endapan (Alluvial). Struktur tanah yang cocok untuk padi gogo aromatik adalah Struktur remah dengan pH tanah sekitar 5,5 sampai dengan 6,5.
TEKNIK BUDIDAYA PADI GOGO AROMATIK
1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan pada musim kering sebelum musim hujan datang (hujan turun) atau segera setelah panenan tanaman sebelumnya. Teknik penolahan tanah yang dilakukan sebagai berikut:
a. Tanah dibajak / dicangkul dua kali atau lebih untuk penggemburan dan pembuangan tanah. Pengolahan tanah pertama dilakukan pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan pertama. Pengolahan tanah kedua saat menjelang tanam. Pengolahan tanah dilakukan dengan kedalaman tanah minimal 25 cm. Pada tanah berat (tanah padat dan keras), dilakukan pengolahan pendahuluan dengan linggis atau garpu. Tanah bagian bawah sedapat mungkin terangkat dan dibalik ke bagian atas.
b. Pemberian pupuk organik (pupuk hijau, pupuk kandang atau kompos) dilakukan pada waktu membajak/mencangkul yang kedua. Pupuk organik yang diberikan adalah 5 ton/ha.
c. Setelah dibajak, tanah dihaluskan dengan garpu atau cangkul
d. Penggenangan air di hindari dengan pembuatan petakan berukuran 10 x 5 meter atau dengan membuat bagian tengah tegalan lebih tinggi dari pinggir tegalan.
e. Tanah dibiarkan dan menunggu awal pemulaan hujan untuk menanam benih.
2. Konservasi tanah dan air
Lahan kering yang dapat dimanfaatkan untuk pertanaman padi gogo aromatik adalah lahan dengan kemiringan kurang dari 15%. Lahan tersebut umumnya memiliki topografi bergelombang sampai berbukit. Oleh karena itu diperlukan tindakan konsevasi tanah dan air untuk menghindari kerusakan lahan. Tindakan konservasi lahan yang dapat dilakukan adalah pembuatan teras bangku atau teras gulud, budidaya lorong serta penerapan pola tanam yang dapat menutup tanah sepanjang tahun. Selain itu, padi gogo aromatik dapat dikembangkan di daerah eatar/bataran sungai; Kawasan perbukitan daerah alisan sungai (DAS) dan kawasan perkebunan dan HTI muda.
Areal datar yang terletak di bantaran sungai merupakan lahan kering yang dapat ditanami padi gogo aromatik. Areal ini biasanya lebih subur dibandingkan dengan lahan kering pada lokasi lainnya. Disisi lain, jika lahan ini mengalami kekeringan maka dapat dilakukan penyedotan air dari sungai.
Pemanfaatan kawasan perbukitan daerah aliran sungai untuk penanaman padi gogo aromatik perlu didahului oleh tindakan konservasi tanah yang memadai untuk menghindari terjadinya erosi dan kerusakan lahan. Pada lahan dengan solum yang dalam dibuat teras bangku. Pembuatan teras bangku dimulai dengan pembutan teras kridit. Teras kridit yang dikelola dengan baik akan membentuk teras bangku dengan sendirinya. Pada lahan dengan solum yang dangkal dikelola dengan sistem budidaya lorong (Alley cropping). Budidaya lorong dibuat dengan menggunakan tanaman pagar yang dapt dipangkas secara priodik/kontinyu. Hasil pangkasan dijadikan mulsa untuk menjaga kelembaban tanah. Disisi lain, hasil pangkasan yang lapuk akan menambah kandungan bahan organik tanah. Pemanfaatan lain hasil pangkasan adalah dapat dijadikan pakan ternak dan kotoran ternak tersebut dimanfaatan sebagai pupuk ke lahan organik.
Lahan di sela-sela tanaman perkebunan atau HTI muda dapat dimanfaatkan untuk budidaya padi gogo aromatik. Tumpangsari padi gogo aromatik dengan tanaman perkebunan atau HTI dapat menjaga kelestarian hutan dan menjamin penutupan tanah. Tumpangsari ini dapat dilakukan ketika kanopi belum menutup seluruh areal. Tumpangsari padi gogo dengan karet muda dapat diusahakan sampai tahun ketiga, sedangkan dengan kelapa sawit sampai tahun keempat.
3. Penggunaan varietas unggul
Varietas adalah sekelompok individu yang memiliki ciri morfologis atau penampakkan sama yang dapat dibedakan dengan kelompok lainnya yang masih berada dalam satu spesies. Penggunaan varietas unggul akan mempengaruhi produktivitas yang diperoleh. Varietas unggul memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai potensi hasil yang tinggi
b. Tahan terhadap cekaman lingkungan biotik, misalnya hama dan penyakit
c. Toleran terhadap cekaman lingkungan abiotik, misalnya jenis tanah dan kekeringan.
d. Umur genjah / pendek.
e. Tanggap terhadap input pertanian, misalnya pemupukan.
f. Kualitas dan kuantitas hasil tinggi sehingga cita rasa disenangi dan memiliki harga tinggi.
Padi gogo aromatik termasuk calon varietas unggul karena memiliki potensi hasil dan kualitas hasil yang tinggi.
4. Penanaman
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan yaitu setelah hujan turun 2 hingga 3 kali. Penanaman sebaiknya tidak dilakukan pada periode hujan yang terus menerus untuk menghidari benih terbawa air hujan atau terdorong masuk lebih dalam ke tanah. Selain itu, hujan yang terus menerus kurang baik bagi perkembangan tanaman muda karena menyebabkan gangguan hama dan penyakit.
Penanaman padi gogo aromatik dapat dilakukan ketika curah hujan sudah stabil atau mencapai sekitar 60mm/dekade (10 hari). Di Jawa keadaan ini terjadi sekitar bulan Oktober sampai akhir Nopember. Pertanda lain yang dapat dijadikan patokan awal tanam padi gogo adalah 1) sudah ada binatang laron/siraru yang berterbangan; 2) pohon bambu sudah bertunas; 3) tanaman gadung sudah berbunga pada sulurnya.
Cara penanaman padi gogo aromatik adalah dengan cara tugal. Tugal, yaitu dengan membuat lubang dengan jarak tertentu dengan tugal dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam padi gogo aromatik adalah 25 x 25 cm. Setiap lubang tanam diisi 3-5 butir per lubang dan ditutup dengan tanah.
Cara lain yang dapat digunakan untuk penanaman padi gogo aromatik adalah dengan sistem tanam jajar legowo. Namun cara ini jarang digunakan. Sistem tanam jajar legowo dengan jarak (30 x 20 x10) cm, 4-5 butir/lubang. Pembuatan alur menggunakan alat semacam caplakan untuk padi sawah. Alat tersebut mempunyai 4 titik/mata yang berjarak 20 cm dan 30 cm dan ditambah 2 titik paku yang berjarak 15 cm dari titik/mata caplakan paling pinggir. Ketinggian titik/mata caplakan sekitar 6-7 cm. Hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ini adalah larikan dengan jarak 20 dan 30 cm dengan kedalam 4-5 cm. Selanjutnya, benih di tanam dalam larikan dengan jarak 10 cm antar titik sebanyak 4-5 butir/titik. Pada lahan tidak datar atau sedikit berlereng, pengaturan barisan tanam dibuat memotong lereng
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan dosis Total 300 kg NPK (Ponska) di tambah 100 kg Urea/ ha. Waktu pemberian pupuk dilakukan sebagai berikut.
a. Pemupukan I pada 10 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha.
b. Pemupukan II pada 20 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha.
c. Pemupukan III pada 35 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ha.
d. Pemupukan pada saat primordia bunga dengan dosis 100 kg Urea/ ha.
Waktu pemberian pupuk juga disesuaikan dengan kondisi kelembaban tanah (dipupuk saat tanah lembab). Pemupukan dilakuka secara tugal, yaitu dengan cara membuat lubang diantara tanaman dan diberi pupuk. Setelah itu lubang ditutup dengan tanah.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan bila terdapat benih yang tidak tumbuh atau tidak normal. Penyulaman dilakukan pada umur 1 sampai 2 minggu.
Penyiangan dimaksudkan untuk memberantas gulma. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis atau kimiawi. Penyiangan dilakukan pada waktu sebelum pemupukan tanaman atau sesuai kebutuhan. Bumbun (dangir) disekitar tanaman dilakukan setelah penyiangan untuk mempermudah pembuangan air. Tanah diantara tanaman dicangkul agar renggang dan gembur.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika serangan melampaui ambang batas ekonomi. Hama dan Penyakit utama padi gogo aromatik disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Hama Penting Pada Padi Gogo Aromatik.
No. | Hama | Serangan | Gejala kerusakan | Pengendalian |
1.
| Lundi/uret (Coleoptera melolontidae) | Larva berbentuk huruf C, berwarna putih dan gemuk | · Memakan akar tanaman. · Tanaman kerdil dan layu.
| · Menunda pengolahan tanah sampai kumbang dewasa selesai bertelur (3 minggu setelah hujan). · Pengolahan tanah yang dalam. · Ayam, itik dan burung merupakan pemangsa lundi · Insektisida
|
2.
| Lalat bibit (Atherigna oryzae) | Menimbulkan kerusakan pada tanaman muda | · Bisa menimbulkan kematian. · Daun cacat dan mudah sobek, terlambat masak 7-10 hari
| · Menanam padi awal musim hujan · Insektisida
|
3.
| Penggerek batang atau sundep |
| · Sundep, serangan hama pada batang sebelum berbunga · Beluk, pada saat berbunga malai menjadi kering Malai hampa
| · Menanam serentak dalam waktu 3-4 minggu, · Memotong jerami dekat permukaan tanah kemudian dibakar · Menghindari pupuk N yang berlebihan. · Memasang perangkap cahaya · Insektisida
|
4.
| Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stall) |
| · Tanaman menjadi layu dan kering dan menimbulkan gejala seperti terbakar · Menularkan virus kerdil rumput dan hampa
| · Tanam serentak selama 3 hari, pergiliran tanaman, · Sisa panen sebaiknya dibajak dan pemupukan N bertahap · Penggunaan musuh alami · Insektisida
|
5.
| Walang sangit | Mengeluarkan bau yang khas | · Menyerang pada padi masak susu, butir padi hampa tardapat bekas tusukan berwarna coklat · Dapat menurunkan dan berat gabah
| · Tanam serentak dan membersihkan gula. · Memasang perangkap umpan berupa bangkai ketam, jika walang sudah berkumpul lalu dibakar · Konservasi musuh alami · Insektisida
|
6.
| Orong-orong (Gryllotalpa orientalis) |
| · Dewasa memakan biji yang baru ditanam Akar tanaman muda dimakan, tanaman muda mati. · Pola kerusakan tidak merata, kerusakan terbesar dekat pematang
| · Penggunaan musuh alami. · Insektisida
|
Tabel 2. Penyakit Penting Pada Padi Gogo Aromatik (Lanjutan)
No. | Penyakit | Gejala kerusakan | Pengendalian |
1.
| Blast (Pyrcularia oryzae) | · Bercak daun berbentuk belah ketupat dengan pusat berwarna abu-abu · Malai hampa
| · Menghindari pupuk N berlebihan · Tidak memakai benih dari daerah terjangkit · Membakar jerami pada pertanaman sakit · Fungisida
|
2.
| Bercak coklat (Helminthosporium Oryzae) | · Bercak daun yang khas bentukkecil lonjong atau bulat. · Bercak kecil berwarna coklat tua sedang yang lebih besar bagian tengahnya berwana abu-abu pucat dan tepinya berwarna coklat ada lingkaran cahaya berwarna kuning muda
| · Pemupukan unsur hara seng, kalium dan salinitas · Merendam benih pada air hangat · Fungisida.
|
3.
| Tungro (mentek) | · Ditularkan oleh wereng coklat · Tanaman kerdil · Anakan berkurang. · Daun berwarna kuning sampai jingga. · Daun muda berbintik-bintik dan bergaris hijau pucat sampai keputih-putihan · Jumlah gabah sedikit dan ringan
| · Membersihkan tanaman yang sakit, gulma dan membajak sisa-sisa tanaman. · Insektisida
|
7. Panen dan pascapanen
Panen dapat dilakukan jika padi telah masak fisiologis atau lebih dari 95% gabah telah menguning. Umur panen padi gogo berkisar antara 110 sampai 120 hari. Panen dilakukan dengan cara sistem babat bawah dan digebot seperti padi sawah atau dipanen menggunakan alat ani-ani atau ketam.
PENUTUP
Peningkatan produksi beras dapat dilakukan melalui budidaya padi gogo di lahan kering. Produksi padi gogo yang optimum akan tercapai melalui teknik budidaya yang tepat. Secara ringkas, petunjuk teknis budidaya padi gogo aromatik dapat disajikan pada Lampiran 1.
BAHAN BACAAN
Ismunadji, I., et al. 1988. Padi: Buku 1. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
Surayana A., et al. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu: Padi Gogo. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
Surayana A., et al. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu: Padi Sawah Tadah Hujan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
Lampiran 1.
PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PADI GOGO AROMATIK
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pada pengolahan tanah pertama, lahan dibajak dan digaru kemudian diratakan. Pengolahan tanah kedua, pupuk kandang sapi ditebarkan sebanyak 5 ton/ha. Tanah dibiarkan selama 1 minggu, untuk kemudian dilakukan penanaman.
2. Konservasi Tanah dan Air
Lahan kering yang dapat dimanfaatkan untuk pertanaman padi gogo aromatik adalah lahan dengan kemiringan kurang dari 15%. Oleh karena itu diperlukan tindakan konsevasi tanah dan air untuk menghindari kerusakan lahan. Tindakan konservasi lahan yang dapat dilakukan adalah pembuatan teras bangku atau teras gulud, budidaya lorong serta penerapan pola tanam yang dapat menutup tanah sepanjang tahun.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan Jarak tanam: 25 x 25 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara tugal. Setiap lubang tanam diisi 3-5 butir per lubang.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan dosis Total 300 kg NPK (Ponska) di tambah 100 kg Urea/ ha. Waktu pemberian pupuk dilakukan empat kali, yaitu: 1) pada 10 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha; 2) pada 20 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha; 3) pada 35 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ha dan 4) pada saat Primordia bunga dengan dosis 100 kg Urea/ ha. Waktu pemberian pupuk juga disesuaikan dengan kondisi kelembaban tanah (dipupuk saat tanah lembab).
5. Pemeliharaan
Selama pertanaman dilakukan pengandalian gulma, penyakit dan hama sesuai kebutuhan.
6. Panen
Panen padi gogo
moga bermanfa'at....
BalasHapushttp://obatvimaxjakarta.com
BalasHapushttp://hargavimaxasli.com
http://arul-shop.com